Kamis, 26 Januari 2012

Waspadai Influenza dengan Hidup Sehat

Saat ini terjadi salah kaprah. Yang disebut flu babi sebenarnya flu musiman biasa alias seasonal flu. Flu ini tidak berbahaya, kecuali bagi orang berusia lanjut, penderita asma, dan penderita penyakit kronis yang mengganggu kekebalan tubuh. Adapun terhadap flu burung, masyarakat perlu waspada.

Rita Kusriastuti, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Kamis (26/1), memaparkan, istilah yang benar bagi flu babi adalah H1N1 pdm 09. Virus itu ditemukan tahun 2009 dan dinyatakan menimbulkan pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus itu menimbulkan banyak korban di Meksiko dan Amerika Serikat serta menyerang Kanada dan Selandia Baru.

Belakangan dipastikan, H1N1 pdm 09 adalah virus flu biasa. Karena itu, WHO menghentikan status pandemi.

Menurut situs Centers for Disease Control and Prevention, ada tiga tipe virus influenza, yaitu A, B, dan C. Virus A dan B menyebabkan epidemi musiman pada musim dingin di AS. Influenza A yang umum ditemukan saat ini H1N1 dan H3N2. H1N1 yang saat beredar adalah strain yang ditemukan tahun 2009, karena itu diberi nama H1N1 pdm 09.

Dari surveilans yang dilakukan Kementerian Kesehatan Indonesia di sejumlah puskesmas sentinel terkait penyakit seperti influenza (influenza-like illness) dan di sejumlah rumah sakit terkait infeksi saluran pernapasan akut (severe acute respiratory infection) didapatkan, Januari-Juni 2011 ada 7 kasus H1N1 pdm 09, sedangkan pada Juni- Desember 2011 tak ditemukan H1N1.

Tahun ini, H1N1 pdm 09 ditemukan pada kasus Rohmat (18) di Tangerang. Rita menegaskan, Rohmat meninggal bukan karena H1N1 pdm 09, melainkan akibat penyakit penyerta. Namun, Rita tidak menyebutkan penyakit penyerta yang dimaksud. ”Yang jelas flu biasa pun bisa berbahaya pada orang tua, penderita asma, ataupun penderita penyakit penyerta lain,” kata Rita.

Flu burung

Kasus positif H5N1 (flu burung) tahun ini ada dua, PDY (23) dan ASR (5), warga Jakarta Utara. Mereka diketahui ada riwayat kontak dengan unggas.

Adapun kasus NI (3), warga Bekasi yang meninggal Selasa, menurut Rita, belum diketahui hasil laboratoriumnya. Namun, NI menderita ensefalitis (radang otak) dan tuberkulosis yang menyebabkan demam dan kejang-kejang sehingga meninggal.

Umumnya, kasus flu burung terkait riwayat kontak dengan unggas. Masa inkubasi flu burung 2-3 hari. Gejala awal adalah suhu badan lebih dari 38 derajat celsius serta mengalami gejala flu, seperti bersin, batuk, dan pusing. Gejala lain diare, muntah, dan sesak napas. Jika sebagian gejala itu muncul, segera periksa ke dokter.

Pengobatan biasanya dilakukan dengan oseltamivir yang sebaiknya diberikan dalam 24-48 jam sejak gejala muncul

Terkait pencegahan flu burung, menurut Rita, selama ada unggas yang positif H5N1, manusia berisiko terjangkit virus flu burung. Karena itu, masyarakat harus bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, dan tetangga dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta tak memelihara unggas di permukiman.

Sering kali unggas tidak tampak sakit, tetapi sebetulnya mengandung virus H5N1 di tubuhnya, seperti pada bebek, angsa, dan entok. Virus akan keluar bersama kotoran unggas, kemudian diterbangkan angin ataupun menyatu dengan lumpur sehingga menular ke manusia.

Dalam situs WHO dinyatakan, kebanyakan virus flu burung tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Namun, beberapa bersifat zoonotik atau menular pada manusia. Yang terkenal adalah virus H5N1, yang saat ini beredar di Asia, Pasifik, Afrika Timur Laut, dan Eropa, menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia sejak tahun 1997. (ATK)/Kompas




Tidak ada komentar:

Posting Komentar