Senin, 27 Februari 2012

Keblinger, Utang Naik 34 T Kok Dibilang Kian Produktif

Total utang pemerintah terus mengalami peningkatkan. Hing­ga Januari 2012, jumlahnya men­capai Rp 1.837,39 triliun atau naik Rp 33,9 triliun dari akhir 2011 yang nilainya mencapai Rp 1.803,49 triliun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penge­lolaan Utang Kementerian Ke­uangan (Kemenkeu), utang terse­but terdiri dari pin­jaman 69,25 miliar dolar AS dan surat berhar­ga 134,91 miliar dolar AS.

Jika menggunakan PDB In­donesia yang sebesar Rp 7.226 triliun, maka rasio utang Indo­nesia per Januari 2012 tercatat sebesar 25 persen. Sementara rin­cian pinjaman yang diperoleh pe­merintah pusat hingga akhir Januari 2012 adalah bilateral 2,71 miliar dolar AS, multilateral 23,55 miliar dolar AS, komersial 28,82 miliar dolar AS, supplier 60 juta dolar AS dan pinjaman dalam negeri 120 juta dolar AS.

Berdasarkan data statistik utang Indonesia dari Bank Indonesia disebutkan, sepanjang 2005 hing­ga 2011 jumlah utang Indonesia naik 67,1 persen atau 90,3 miliar dolar AS (Rp 812,7 triliun). Da­lam laporan tersebut, utang luar negeri hingga De­sember 2011 mencapai 224 miliar dolar AS atau sebesar Rp 2.016 triliun. Utang ini terdiri dari utang luar negeri pemerintah dan swasta.

Namun demikian, pada pe­riode yang sama peningkatan utang luar negeri tersebut di­iku­ti pe­ningkatan PDB (product domestic bruto) yang relatif le­bih besar, yaitu sebesar 536,8 mi­liar dolar AS (190,2 persen). Secara umum, beberapa indika­tor beban utang luar negeri In­donesia telah mem­perlihatkan perbaikan signifikan.

Rasio utang luar negeri Indo­nesia terhadap PDB terus me­nurun. Pada 1998 tercatat 150 per­sen, lalu turun menja­di 54,9 per­sen pada 2004 dan menjadi 26,5 persen pada 2011.

Direktur Jen­deral Penge­lolaan Utang Kemen­keu Rahmat Walu­yanto menegas­kan, peme­rintah akan mengurangi pinjaman luar negeri sebagai al­ternatif sum­ber pembiayaan ne­gara. “Kita akan mengusulkan dalam APBN Peru­bahan supaya pem­biayaan bisa menggunakan alter­natif instru­men yang ada. Kita bisa mengu­ra­ngi pinjaman luar negeri de­ngan utang dalam negeri,” ujarnya

Menurut Rahmat, saat ini pe­merintah mendapatkan bunga pin­­jaman yang murah dari pener­bitan surat berharga negara me­lalui pasar domestik maupun in­ternasional akibat momentum In­donesia mendapatkan pering­kat layak investasi. Dengan rasio utang terhadap PDB di kisaran 24,9 persen, berarti penggunaan utang sangat produktif untuk men­dorong pertumbuhan eko­nomi. Keblinger utang nambah kok di­bilang produktif. - [Harian Rakyat Merdeka]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar