Kamis, 01 Maret 2012

Radang Paru Meluas di Baduy, Sudah Lima Anak Meninggal

Radang paru merebak di Kampung Cibeo dan Kampung Cisadane, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Akibatnya, empat anak berusia 1-12 tahun di Kampung Cibeo dan satu anak di Kampung Cisadane meninggal.

Selain itu, juga ada sembilan anak di perkampungan Baduy yang menderita radang paru dan 27 anak yang terkena batuk. Kondisi ini dinyatakan sebagai kejadian luar biasa.

Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit, dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dokter Sri Agustina Sinuhaji, di Kanekes, Leuwidamar, Kamis (1/3), mengatakan, kasus pertama kali meninggalnya anak di Cibeo itu terjadi sekitar sebulan lalu.

Namun, pihaknya baru mendengar kabar itu pada Senin lalu. Keesokan harinya, petugas kesehatan dari Puskesmas Cisimeut, dibantu dokter dari Puskesmas Leuwidamar, mendatangi Kampung Cibeo untuk mengecek kabar tersebut.

Petugas juga menemukan adanya anak yang menderita batuk disertai sesak napas dan demam. Selain itu, dari cerita warga setempat juga diketahui bahwa sebelumnya ada anak-anak yang meninggal di Kampung Cibeo.

”Penyakitnya, dari keterangan gejala yang dilaporkan masyarakat, adalah bronkopneumonia atau radang paru-paru,” kata dokter Ryan Ardian Saputra.

Petugas pada Selasa dan Rabu lalu mengobati anak-anak di Baduy yang menderita pneumonia dan batuk. Dalam beberapa hari mendatang, petugas akan kembali masuk ke Baduy Dalam untuk memonitor perkembangan anak yang diobati.

Keterbatasan petugas

Terkait lambat terdeteksinya kasus radang paru sehingga mengakibatkan lima anak meninggal, Sri mengakui adanya keterbatasan petugas sehingga tidak bisa setiap saat masuk ke Baduy Dalam.

Petugas rutin melakukan kunjungan ke perkampungan di Baduy Dalam tiga bulan sekali. Pada kunjungan rutin terakhir, Desember lalu, belum ada laporan mengenai kasus radang paru. Sementara di perkampungan selain Baduy Dalam, setiap bulan digelar posyandu.

Menyusul kasus meninggalnya lima anak akibat radang paru yang lambat terpantau, Sri mengatakan, peningkatan frekuensi kunjungan petugas kesehatan akan dipikirkan Pemerintah Kabupaten Lebak, terutama ke wilayah yang sulit dijangkau, seperti Baduy Dalam.

Di sisi lain, pihaknya akan melakukan pendekatan ke masyarakat Baduy, yakni melalui tokoh atau puun, supaya warga mau segera melapor jika terjadi sesuatu sehingga petugas kesehatan bisa segera menangani.

”Di luar kunjungan rutin tiga bulan sekali, petugas akan datang setiap saat bila ada kabar terjadi kasus penyakit yang menimpa warga. Tetapi, kami dalam sebulan terakhir sama sekali tidak mendapat kabar itu,” kata Kepala Puskesmas Cisimeut Halwani.

Jangkauan layanan Puskesmas Cisimeut meliputi enam desa, termasuk Desa Kanekes yang merupakan permukiman warga Baduy.

”Hanya ada satu dokter dan 11 bidan di puskesmas ini sehingga tidak setiap waktu kami dapat mendatangi kampung-kampung,” kata Halwani.

Sebagai gambaran, dibutuhkan waktu 3-4 jam berjalan kaki dari Puskesmas Cisimeut ke perkampungan Cibeo melalui Ciboleger.

Saat ditanya kemungkinan menambah fasilitas kesehatan di dalam wilayah Baduy agar warga lebih mudah menjangkaunya, Kepala Desa Kanekes Jaro Dainah mengatakan, masukan itu sudah disampaikan kepada warga, tetapi warga menolak. -KOMPAS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar