Menurut laman stasiun televisi The History Channel, teroris menyembunyikan sebuah bom di dalam pemutar kaset audio. Perangkat itu ditaruh di dalam sebuah tas yang disimpan di ruang kargo pesawat dan meledak saat pesawat mengangkasa di ketinggian 31.000 kaki.
Pesawat itu melayani rute penerbangan dari London menuju New York. Bom itu ditaruh saat pesawat singgah di Frankfurt, Jerman.
Pada 1991, hasil penyelidikan gabungan Inggris dan AS menyatakan bahwa agen intelijen Libya, Abdel Basset Ali al-Megrahi dan Lamen Khalifa Fhimah, bertanggungjawab atas insiden Pan Am.
Pihak penyelidik mencurigai bahwa pengeboman itu merupakan serangan balasan dari rezim Muammar Khadafi di Libya atas serangan udara AS pada 1986, yang menewaskan seorang putri Khadafi beserta puluhan lain.
Namun, Libya saat itu sempat menolak menyerahkan para tersangka ke aparat hukum AS. Pada 1999, setelah dijatuhi sejumlah sanksi dari PBB, Khadafi bersedia menyerahkan dua tersangka ke aparat Skotlandia untuk diadili di Belanda, namun menggunakan prosedur hukum Skotlandia.
Pada awal 2001, al-Megrahi dinyatakan bersalah dan dihukum penjara seumur hidup, sedangkan Fhimah divonis bebas. Pada 2003, Libya bersedia memikul tanggungjawab atas insiden Pan Am dengan bersedia membayar kompensasi kepada keluarga para korban senilai US$8 juta.
Maskapai Pan Am, yang jatuh bangkrut tiga tahun setelah insiden di Skotlandia, menggugat pemerintah Libya. Gugatan itu tidak sia-sia karena pengelola Pan Am menerima kompensasi US$30 juta. -VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar