Kamis, 22 Desember 2011
Minuman Kesehatan dari Jamur
Penelitian pascapanen jamur pangan ini dimulai tiga tahun terakhir. Namun, penelitian untuk pembibitan dan pembudidayaannya sejak tahun 2001,” kata Netty Widyastuti, profesor riset untuk bidang jamur pada Pusat Teknologi Bioindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kamis (22/12), di Jakarta.
Beberapa jenis jamur pangan yang diteliti adalah Volvariella volvaceae (jamur merang), Pleurotus sp (jamur tiram), Auricularia auricula (jamur kuping), Agaricus sp (jamur kancing), dan Lentinus edodes (jamur shitake).
Untuk pembuatan minuman ekstrak jamur, dipilih jamur merang, jamur tiram, jamur kuping, dan jamur shitake. Dari penelitian, hanya jamur tiram dan shitake yang memenuhi syarat kandungan beta-glukan mudah untuk diencerkan kembali.
”Proses ekstraksi jamur membutuhkan keahlian dan alat khusus, seperti sentrifus untuk mengisolasi beta-glukan dari komponen-komponen lain,” kata Netty.
Jika masyarakat ingin memproduksi minuman berkhasiat dengan bahan baku jamur, Netty menyarankan cukup dengan merebus saja. Itu cara yang termudah dan tidak merusak kandungan beta-glukan pada jamur.
”Pemasakan jamur sudah terbukti tidak merusak kandungan beta-glukan,” kata Netty.
Beta-glukan merupakan salah satu komponen penyusun dinding sel jamur. Komponen lain meliputi glycoprotein, mannoprotein, chitin, dan plasma membrane.
”Beta-glukan diisolasi untuk memudahkan produksi skala industri yang akan menggunakan bahan ini,” kata Netty.
Penggunaan beta-glukan dari jamur tiram lebih disarankan karena produksi dan harganya lebih ringan dibandingkan jamur shitake. Jamur tiram juga lebih mudah dan lebih cepat untuk dibudidayakan.
Jamur tiram dapat diolah pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan jamur shitake pada suhu 15-20 derajat celsius. Usia panen jamur tiram 40 hari, jauh lebih cepat dibandingkan dengan jamur shitake yang mencapai 4-5 bulan. ”Jamur shitake banyak diproduksi di China,” kata Netty.
Manfaat kesehatan
Dari literatur, jamur pangan memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Manfaatnya, antara lain, sebagai penurun kolesterol, antihipertensi, antikanker, antivirus, antidiabetes, serta mampu meningkatkan stamina dan kebugaran tubuh.
Kandungan asam glutamat pada jamur juga meningkatkan aroma dan cita rasa masakan. BPPT juga mengolah ekstrak jamur untuk penyedap rasa.
”Minuman dan penyedap rasa dari ekstrak jamur ini akan dipatenkan,” kata Netty.
Untuk meningkatkan konsumsi melalui produk turunan jamur dibutuhkan ketersediaan bahan baku jamur. Ketua Umum Asosiasi Pembudidaya Jamur Indonesia (APJI) Krisna Rubowo mengoreksi pernyataannya bahwa produksi dan konsumsi jamur dalam negeri terus menyusut (Kompas, 21/12).
”Tidak benar kalau saya mengatakan produksi dan konsumsi jamur dalam negeri menyusut. Yang terjadi adalah sebaliknya, meningkat,” katanya.
Krisna memperkirakan, saat ini produksi jamur dalam negeri mencapai 1 juta ton per tahun. Namun, ia mengakui tidak memiliki data akurat sebab data sejumlah instansi pemerintah tidak sama.
Persaingan produk jamur dalam negeri dengan jamur impor dari China menguat. Krisna mencontohkan, produksi jamur di China menguasai 70 persen produk jamur dunia.
”Di China, sekitar 30 juta penduduk terlibat dalam produksi jamur,” kata Krisna.
Ia menyebutkan, pada 1978 China baru memproduksi 700.000 ton jamur. Pada 2008 sudah mencapai 7 juta ton jamur per tahun dan sebanyak 50 persen diekspor.
Menurut Netty, sosialisasi konsumsi jamur menjadi penting untuk memicu gairah petani jamur dalam meningkatkan kualitas dan produksi. Produk turunan jamur berupa minuman dan penyedap rasa menjadi bagian strategi untuk meningkatkan konsumsi jamur.
Tujuan lebih penting lagi adalah meningkatkan konsumsi jamur untuk mengurangi risiko terkena berbagai penyakit degeneratif. Saat ini urutan penyakit degeneratif yang paling mematikan adalah jantung koroner, kelainan pembuluh darah, diabetes, hipertensi, dan kanker. - Kompas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar