Kamis, 19 April 2012

RI Makin Seksi

EKONOMI Indonesia fantastis. Di tengah tekanan akan datangnya resesi global, Indonesia mencatat prestasi memukau, yaitu naik peringkat menjadi investment grade.

Padahal, saat ini banyak negara terancam turun peringkat akibat tersengat krisis global. Pencapaian itu mestinya menjadikan Indonesia kian seksi di mata investor. Tidak hanya 'investor don juan' yang hanya memarkirkan harta mereka dalam jangka pendek, tetapi juga investor yang berorientasi jangka panjang.


Penaikan peringkat investment grade yang diberikan Fitch Ratings lebih cepat ketimbang perkiraan banyak pihak. Sebelumnya, Indonesia diperkirakan baru memperoleh peringkat investasi itu pada 2012.

Dengan mempertimbangkan penyelesaian krisis Amerika Serikat dan Eropa yang masih jalan di tempat, Indonesia bahkan diproyeksikan baru akan mencapai peringkat investasi pada akhir 2012.

Menakjubkan karena belum lagi 2011 berakhir, ternyata Indonesia sudah memperoleh kembali peringkat investasi yang pernah digenggam. Indonesia kehilangan peringkat investment grade pada 1997, ketika Asia Tenggara dihantam krisis moneter. Negara yang pernah dijuluki 'Macan Asia' ini harus menanti hingga 14 tahun untuk mendapatkan kembali peringkat investasi.

Akan tetapi, kenaikan peringkat itu bukan berarti para pemangku kepentingan di negara ini boleh buru-buru bertepuk dada dan tenggelam dalam sorak-sorai. Apalagi hanya menanggapinya dengan sebatas pidato dan rapat tanpa aksi nyata.

Patut diingat, kenaikan peringkat itu tidak akan berarti apa pun kalau negara tidak mampu memanfaatkannya sedemikian rupa sehingga investor yakin menanamkan dana mereka di sektor riil yang lebih mampu memacu pertumbuhan dan menyerap lapangan kerja.

Kita patut optimistis dengan kenaikan peringkat investasi yang kita capai. Namun, untuk itu harus ada kerja keras membenahi infrastruktur dan memberantas korupsi yang merupakan kelemahan mendasar bangsa ini.

Akibat jalan rusak, jalan terputus, investor kerap menjerit biaya angkut naik berkali lipat. Demikian pula listrik. Gara-gara listrik biarpet, investor acap berhenti berproduksi.

Korupsi yang merajalela pun memperburuk iklim usaha. Budaya upeti harus bisa dikikis habis, sedangkan izin usaha yang ribet dan berbelit-belit harus bisa dipangkas.

Tabiat-tabiat buruk birokrasi yang selama ini menjengkelkan investor harus disingkirkan. Sebaliknya harus ditumbuhkan kesadaran untuk melayani investor secara ramah serta menjamin adanya kepastian hukum.

Semua itu memerlukan tindakan nyata, bukan sekadar selebrasi atas kenaikan peringkat investasi. Hanya dengan memperbaiki semua kelemahan itu, ekonomi RI benar-benar seksi di mata investor.




(Editorial Media Indonesia, Edisi Rabu, 21 Desember 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar