Pemerintah diminta berusaha keras agar kenaikkan harga BBM tidak menambah angka kemiskinan.
Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dinilai akan berdampak pada tidak tercapainya target penurunan kemiskinan pemerintah. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan, angka kemiskinan pada 2012 ditargetkan mengalami penurunan di kisaran 10,5-11,5 persen.
Selain itu, kata Armida, pemerintah juga menargetkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita pada tahun ini dapat mencapai 3.729 dolar AS. Angka itu naik dibanding 2011 yang berada pada level 3.500 dolar AS per kapitanya. “Hal tersebut sudah ada dalam Rencana Kerja Anggaran Pemerintah (RKAP) 2012 pemerintah,” jelas Armida.
Sementara untuk 2014, kata Ar-mida, pemerintah juga menargetkan kemiskinan akan berkurang di level 8-10 persen dan untuk 2025 kemiskinan akan berkurang pada level empat persen hingga lima persen dengan PDB per kapita sebesar 14.900 dolar AS.
Secara terpisah, Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri mengatakan, pemerintah telah menyiapkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat miskin sebagai antisipasi kenaikan harga BBM. Bantuan itu akan diberikan selama delapan bulan. Namun, sebelumnya pemerintah akan mengkomunikasikan rencana itu kepada DPR.
Menurut Salim, pihaknya merencanakan pemberian BLT sebesar Rp 100 ribu, tapi angka itu masih terus digodok. ”Kita belum final dan perlu dibicarakan dengan DPR juga. Tapi kalau yang miskin harus ditingkatkan penghasilannya. Kalau tidak kasihan juga,” tutur Mensos.
Politisi PKS itu mengatakan, angka BLT Rp 100 ribu sangat cukup bagi masyarakat miskin. “Saya pikir untuk masyarakat miskin lumayan kan. Jadi masih bisa lah. Saya pikir angka itu akan mengarah ke situ kalau diputuskan,” imbuh Salim.
Dikatakan Salim, penyaluran BLT itu akan melalui BUMN dengan jaringan distribusi luas hingga pelosok layaknya PT Pos Indonesia (Persero) dan BRI.
“Penerima BLT adalah mereka ada yang di bawah garis kemiskinan. Untuk pemberiannya sendiri akan menerapkan sistem by name by address,” terangnya.
Pengamat ekonomi dari Indonesia Monitoring Centre Supriansa mengatakan, pemberian BLT sebagai kompensasi kenaikan harga BBM tidak akan maksimal menekan lonjakan kemiskinan.
“Apalagi BLT yang diberikan pemerintah hanya Rp 100 ribu. Angka itu terlalu kecil untuk mengantisipasi efek domino kenaikan harga BBM,” kritiknya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang (12,36 persen).
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, angka ini mengalami penurunan sebesar 0,13 juta atau 130 ribu orang dibandingkan penduduk miskin pada Maret 2011 sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Menurutnya, selama periode Maret-September 2011, penduduk miskin perkotaan berkurang 0,09 juta orang dan penduduk miskin pedesaan berkurang 0,04 juta orang.
Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Anggito Abimanyu mengatakan, efek dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan BBM kemungkinan tidak akan mempengaruhi tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia. “Tergantung dari besaran kenaikan, jenis kenaikan dan waktu kenaikannya. Kalau semuanya tidak secara bersamaan dan sudah disosialisasikan sebelumnya oleh pemerintah dan dicarikan alternatif lainnya, maka saya kira tidak memberatkan masyarakat,” tukas Anggito.-RMOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar